Where there is love, there is life - Mohandas K. Gandhi
Cinta memang bukan sesuatu yang gampang untuk
dibicarakan. Dalam kebudayaan bangsa Indonesia, cinta, dalam hal ini cinta
antara lawan jenis mempunyai goresan tersendiri dalam sejarah.
Masalah kisah cinta jaman dahulu kebanyakan adalah masalah
kasta dan kedudukan. Seorang dari kalangan bangsawan haram hukumnya mencintai
rakyat jelata. Kondisi semacam ini diangap merusak keturunan. Selain itu, cinta
dan pernikahan biasanya dijadikan komoditas politik. Misalnya saja dengan
menikahi anggota kerajaan lain sehigga membuka kerjasama antara kedua kerajaan.
Bahkan pernikahan juga bisa dianggap sebagai penaklukan sebuah kerajaan.
Seperti pada kisah perang bubat yang menceritakan perselisihan antara kerajaan
sunda dan Majapahit karena pernikahan sang putri dianggap sebagai bentuk penyerahan
diri kepada Majapahit.
Dalam perkembangannya, seiring dengan tidak diakuinya lagi
kasta dalam kehidupan masyarakat, masalah yg timbul dalam kisah cinta biasanya
didasari oleh perbedaan ras dan keyakinan. Masih banyak masyarakat yg melarang
adanya perkawinan antar etnis. Selain karena untuk mempertahankan budaya
turun-temurun, hal ini terjadi karena setiap suku mempunyai adat-istiadat yang
berbeda dan beberapa diantaranya tidak bisa diterima oleh suku yg lain.
Perbedaan keyakinan menjadi problema tersendiri dalam masalah cinta. Seringkali jalinan cinta yang terpupuk sekian lama kandas karena perbedaan agama. Di Indonesia dengan adanya UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, di Indonesia tidak
dimungkinkan untuk melakukan perkawinan beda agama. Yang kemudian
mungkin dapat dilakukan adalah melakukan perkawinan beda agama di luar
negeri kemudian mencatatkan perkawinan tersebut di KUA / Kantor Catatan
Sipil.
Kisah cinta juga mendasari berbagai macam legenda dan mitos
mitos masyarakat indonesia. Misalnya saja kisah tentang Roro Jonggrang dengan Bandung Bondowoso. Dimana sang pengeran
diminta membuat seribu candi dalam semalam sebagai syarat meminang sang putri.
Namun ketika sampai pada candi ke-999 selesai dibangun, sang putri membuat tipu
muslihat sehingga persyaratan tidak terpenuhi. Pangeran yang akhirnya
mengetahui tipu muslihat itu akhirnya murka dan mengutuk sang putri menjadi
arca sehingga menggenapi seluruh candi menjadi seribu buah.
Dalam legenda ini sebenarnya banyak sekali pelajaran yang
tersirat. Bagaimana seseorang berjuang sekuat-kuatnya demi cinta. Seribu candi
dalam semalam memang hanyalah mitos, namun yang pasti seorang pria akan berbuat
apa saja untuk membahagiakan wanita idamannya. Dan penghianatan cinta sangatlah
menyakitkan, dam bisa membuat siapa saja gelap mata.
Karya sastra pujangga indonesia juga banyak sekali mengisahkan tentang cinta. Salah satu atu roman yang paling populer adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang. Sebuah cerita yang didasari oleh adat dan kebudayaan indonesia khususnya Minang pada era kolonial.
Bisa dibilang novel ini merupakan karya sastra paling penting yang dimiliki indonesia. Bahkan novel isi bisa dianggap sejajar dengan roman Romeo & Juliet karya William shakerpeare. Kita patut bangga akan hal ini.
0 komentar:
Posting Komentar